Rabu, 14 November 2012

Siapakah Yang Disebut Juruselamat?



Siapakah juruselamat Israel yang disebut Daud sebagai ‘penyelamatku’ atau ‘penolongku’ di dalam nyanyiannya? Penyelamat Israel adalah TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Walaupun Allah membangkitkan Musa, Simson dan para hakim untuk membebaskan orang Israel dari musuh dan penjajah mereka, para pahlawan ini tidak pernah disebut sebagai juruselamat. Hanya Allah yang adalah Juruselamat Yang Mahakuasa dan Ia sendiri yang menyatakannya bahwa,

“Tetapi firman TUHAN kepada orang Israel: “Bukankah Aku yang telah menyelamatkan kamu dari tangan orang Mesir, orang Amori, bani Amon, orang Filistin, orang Sidon, suku Amalek dan suku Maon yang menindas kamu, ketika kamu berseru kepada-Ku?” (Hakim-Hakim 10:11-12) 

Jika membebaskan orang Israel dari perbudakan fisik memerlukan Allah untuk turun tangan, maka betapa lebihnya yang dibutuhkan untuk memebaskan umat manusia dari perbudakan dosa dan maut? Karya ini membutuhkan tokoh yang tidak kurang dari Allah sendiri.

Di dalam pemikiran yang sama, setelah dikunjungi malaikat Gabriel dan disambut secara luar biasa oleh Elizabeth, Maria berkata,
“dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,” (Lukas 1:47) 

Di bawah terang yang sama, Yudas, saudara lelaki Yesus, mengakhiri suratnya yang singkat dengan berkata,
“Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin,” (Yudas 1:25) 

seperti yang dituliskan rasul Paulus untuk Timotius, yang berbunyi,
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,” (1 Timotius 1:1)
dan,
“Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,” (1 Timotius 2:3) 

Ayat-ayat ini mengatakan kepada kita bahwa dari masa Daud sampai masa Paulus, orang Israel percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Juruselamat yang benar, seperti yang telah menjadi kenyataan yang tak terbantahkan di dalam kehidupan kerohanian mereka. Bagi mereka, belum pernah ada dan tidak akan pernah ada Juruselamat yang lain di samping Allah. Tetapi, ketika kabar sukacita kelahiran Yesus diberitakan kepada para gembala di padang, para malaikat berkata,
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:11) 

Jika ‘Juruselamat’ yang telah lahir di Bethlehem pada malam itu adalah seorang manusia – walaupun seorang manusia luar biasa, maka nyanyian dan puji-pujian para malaikat terasa agak berlebihan. Iya kan? Juga tidak ada alasan kuat untuk menaruh ‘Bintang Betlehem’ di langit malam untuk menuntun para Majus datang menyembah dan mempersembahkan persembahan para raja kepada bayi laki-laki tersebut. Jika Yesus hanyalah Mesias manusia, maka ia tidak terlalu berbeda dengan Musa dan sekali lagi, semua nubuatan sepertinya terlalu banyak dan gelar ‘Penyelamat’ mungkin tidak cocok bagi-Nya. Tetapi Musa tidak pernah disebut sebagai Anak Allah. Yesus adalah Anak Allah dan hal initidak diragukan lagi. Jadi, apakah Anak Allah itu manusia biasa ataukah ‘Allah di dalam daging?’ Mereka yang menolak ketuhanan Yesus dan menyatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa – manusia Kristus, mendasari argument mereka pada apa yang mereka sebut “Pikiran Yahudi” bahwa istilah ‘Anak Allah’ bisa saja digunakan oleh manusia biasa dan tidak harus digunakan oleh Allah di dalam daging. Jika ini benar, maka kita tidak akan temukan di dalam Perjanjian Baru (PB), ayat-ayat seperti,

“Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” (Yohanes 19:7) 

yang menunjukkan bahwa klaim Jesus sebagai Anak Allah menempatkan diri-Nya setara dengan Allah – sebagai Allah. Oleh sebab itu, orang-orang Yahudi mencari jalan untuk membunuh Dia. Mereka hendak memberlakukan aturan tua, yaitu hukuman mati yang diberlakukan untuk pezina dan penghujat Allah, atas Yesus, dengan berkata,
“Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yohanes 10:33) 

Jadi, orang-orang Yahudi menganggap penggunaan istilah Anak Allah oleh Yesus sebagai ‘mengangkat diri sebagai Allah’ – menghujat Allah – dan karena itu harus dihukum mati.
Di sisi yang lain, jika Anak Allah adalah pribadi yang berbeda dari Allah Bapa, mengapa Ia disebut juga ‘Penyelamat?’ Apakah kita akan menerima adanya dua Penyelamat yang terpisah? Saya kira tidak! Arti nama ‘Yesus’ = ‘Allah menyelamatkan.’ Apakah ini berarti Allah membangkitkan seorang Penyelamat untuk membebaskan semua orang dari dosa dan kematian kekal, sama halnya dengan Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir? Jika demikian adanya maka Allah bisa saja mencari nama lain untuk Mesias-Nya. Bukankah orang Yahudi sudah menulis di hati mereka bahwa ‘Allah adalah satu-satunya Penyelamat?’ Jika Ishak mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan Israel dari perbudakan, saya pikir orang tidak akan meyebut Ishak sebagai “Abraham menyelamatkan.” Abraham mungkin bisa secara tidak adil mengorbankan Ishak untuk memperoleh nama besar baginya sendiri, tetapi Allah tidak akan pernah melakukan hal itu. Satu-satunya cara untuk memperoleh hanya ‘Satu Penyelamat’ maka Yesus dan Bapa haruslah satu seperti klaim Yesus di dalam Yohanes 10:30,
“Aku dan Bapa adalah satu.” 

Tetapi hal ini, Bapa dan Anak adalah satu, sangat sukar dimengerti oleh sebagian orang. Walaupun hal ini dapat diterima untuk menjamin adanya ‘hanya satu Penyelamat,’konsep ini telah menjadi batu sandungan bagi banyak orang yang mengandalkan apa yang mereka akui sebagai akal sehat. Kita dihadapkan pada pertanyaan yang harus di jawab di dalam hati masing-masing, “Apakah iman itu untuk dimengerti atau untuk dipercayai?” ‘Dapatkah kebangkitan Yesus masuk akal sehat dan dijelaskan secara ilmiah sehingga menurut logika bisa dimengerti?” 

Teori relativitas dari Einstein mungkin terlalu tinggi bagi sebagian orang. Teori Quantum-nya Max Planck bisa menjadi mata pelajaran yang terlalu sukar bagi yang lain. Tetapi, tidak pernah ada satupun dari orang-orang ini yang menyatakan bahwa kedua teori tersebut tidak benar. Tetapi jika hal itu menyangkut kesetaraan Yesus dengan Allah, maka akan ada banyak sekali orang yang maju dengan berbagai argumen untuk menolaknya, walaupun penolakan ini sepertinya merupakan hasil dari minimnya pemahaman tentang sifat Roh, seperti yang dengan jelas dinyatakan di dalam PB sebagai, 

“Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” (1 Korintus 2:14) 

Demikianpun, rasul yang sama, Paulus, yang pernah menyatakan kepada Timotius bahwa Allah adalah Penyelamat, sekarang menampilkan perpektif yang agak berbeda tentang hal itu di dalam suratnya kepada Titus yang berbunyi,
“dan yang pada waktu yang dikehendaki-Nya telah menyatakan firman-Nya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, Juruselamat kita. Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita, menyertai engkau.” (Titus 1:3-4) 

di mana Paulus menempatkan ‘Allah, Juruselamat kita’ dan ‘Kristus Yesus, Juruselamat kita’ di dalam dua ayat yang berturutan. Tentu saja Paulus tidak bermaksud untuk memperlihatkan kepada kita adanya dua Juruselamat yang berbeda. Bagi saya, Paulus mengerti dan percaya bahwa harus ada hanya ‘satu Juruselamat,’ seperti yang dinyatakan Yesus di dalam Yohanes 10:30.
Yang berikut dan kepada penerima yang sama, Paulus menulis,

“Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,
pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,”
(Titus 3:4-6) 

di mana ia tidak saja menempatkan Bapa dan Anak sebagai satu Juruselamat yang sama, tetapi ia juga menyertakan Roh Kudus ke dalam proses penyelamatan yaitu permandian kelahiran kembali pembaharuan, yang mengarahkan kita kepada inti dari baptisan pertobatan. Kita akan membicarakan perihal Roh Kudus secara terpisah dan sekarang mari kita kembali focus kepada tema utama kita – Siapakah Juruselamat itu?
Kita tahu bahwa kedatangan Mesias atau Kristus sudah dinubuatkan sejak lama, mulai dari Kejadian 3:15. Sementara sebagian dari nubuatan-nubuatan tersebut telah menuntun sebagian besar orang Israel untuk menantikan pembebas atau pemulih manusia seperti raja Daud, sebagian nubuatan mengandung pengertian bahwa Mesias yang akan datang itu adalah Allah sendiri. Nubuatan yang cukup dikenal untuk hal ini terdapat di dalam Yesaya 9:5-6, di mana Mesias akan disebut, “Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” dan “besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.” Seseorang dengan hati jujur akan menemukan bahwa sebutan seperti ini tidak mungkin disangkutkan kepada manusia biasa Mesias atau raja. 

Nubuatan sejenis dapat ditemukan juga pada Yesaya 35:4-6, yang berbunyi,
“Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: “Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai,..”
Oleh karena itu, Yesus menunjuk kepada kenyataan dari ayat-ayat ini ketika Yohanes Pembaptis mengutus murid-muridnya untuk mendapatkan konfirmasi tentang ‘yang akan datang itu itu, di dalam Matius 11:2-6. Telah dinubuatkan bahwa Allah sendirilah yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Tentu saja Allah tidak akan menampakkan diri-Nya seperti apa adanya karena tidak ada yang akan sanggup berdiri di hadapan-Nya dan hidup. Ia tidak akan datang sebagai Roh karena tidak ada yang akan dapat melihat-Nya. Allah Juruselamat mengambil rupa tertentu sehingga Ia bisa dilihat dan dimengerti oleh seluruh manusia tanpa membahayakan nyawa mereka. Ia mengambil rupa seorang manusia yang dikenal sebagai Anak Allah, Yesus Kristus – Allah di dalam daging, dengan sifat-sifat keilahian-Nya seperti ‘tidak berdosa,’ yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang manusia. 

Hanya inilah cara untuk memahami pesan yang disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria tentang Anak Allah, bahwa,
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35)
dan untuk Yusuf, yang berbunyi,
“Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius 1:20) 

Hanya inilah jalur di mana ‘Yesus’ berarti ‘Allah menyelamatkan.’ Hanya inilah cara terbaik untuk bisa melihat bahwa hanya ada ‘satu Juruselamat’ – Allah Yang Mahakuasa, hanya dengan beginilah, pesan para malaikat di padang, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud,” menjadi berarti. Satu hal baru yang ingin saya kemukakan di sini adalah bahwa menurut ayat-ayat ini, “Anak Allah” sama dengan “dari Roh Kudus;” atau dengan kata lain, “Anak Allah adalah juga Anak Roh Kudus.” 

Di bawah terang sorgawi, rasul Yohanes menulis di dalam 1 Yohanse 5:20, bahwa,
“Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”
atau menurut Alkitab The Message (1 John 5:20)
“Dan kita tahu bahwa Anak Allah datang sehingga kita bisa mengenal dan memahami kebenaran Allah – pemberian luar biasa – dan kita hidup di dalam Kebenaran itu sendiri, di dalam Anak Allah, Yesus Kristus. Yesus inilah Allah yang Benar dan Hidup Yang Nyata.” 

Mari kita hindari diri kita dari mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermakna seperti, “Jika Yesus adalah Allah, lalu mengapa Ia berdoa?” Padahal, kita bisa melihat doa Yesus ini dari aspek yang lebih penting seperti, sementara Yesus juga berdoa, Ia tidak pernah menggunakan bagian,
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;” (Matius 6:12) 

yang Ia ajarkan kepada para murid-Nya. Dengan mengambil doa Yesus di dalam Yohanes 17, sebagian orang akan mempertanyakan hal-hal seperti, “Jika Yesus adalah Allah, bagaimana Allah bisa mengutus diri-Nya sendiri?” Mereka ini bertumpu pada pengertian fisik tentang Allah dan mencoba mencocokkannya dengan kebenaran Roh dari Yesus. Yang bisa kita lakukan adalah mendapatkan hal yang lebih penting di dalam doa berikut ini.
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yohanes 17:3) 

Jika saya mengubah formulasi kalimat di atas ini, maka bagian doa Yesus ini akan menjadi, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus,” di mana Yesus menepatkan ‘mengenal diri-Nya’ sebagai salah satu persyaratan memperoleh hidup kekal di samping mengenal Allah. Setiap orang yang sederhana akan bisa melihat bahwa tidaklah penting berdebat tentang siapa yang mengutus dan siapa yang diutus, tetapi lebih penting untuk menggali kebenaran bahwa Yesus sama dengan Allah atau dengan kalimat yang lebih baik, “Yesus adalah Allah!” Jika keilahian Yesus bisa dibantah dengan pertanyaan yang dangkal seperti, “Jika Yesus adalah Allah, maka Allah berbicara dengan diri-Nya sendiri ketika Ia mangatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17), maka kepada siapa Allah berbicara ketika Ia mangatakan, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…” (Kejadian 1:26)? 

Saya hanya bisa berharap dan berdoa bahwa Roh Kudus akan menuntun setiap orang yang haus akan kebenaran untuk melihat kebenaran tentang Yesus Kristus, sebagaimana Ia telah menuntun saya dan banyak orang lain seperti saya untuk mengenal Yesus di dalam setiah hari kehidupan rohaniah kita – hubungan kasih kita dengan Allah. Semakin kita menyembah Yesus, semakin kita kenal Siapa Dia sebenarnya. Yesus dan Bapa adalah satu dalam Roh, seperti yang dikatakan-Nya! 

“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13:14)
Shalom,
Samuel Hendriks

Sumber: http://penuai.wordpress.com