Rabu, 14 November 2012

Siapakah yang patut Anda sembah?



Ketika kita ditanya, “Siapakah yang patut Anda sembah?” Maka kita akan dengan spontan menjawab, “Allah!” Sebagian kita malah akan menambahkan, “hanya Allah saja yang layak dipuji dan disembah.” Tidak ada seorang atau sesuatu yang lain di samping Allah!” Pernyataan ini benar, sebab hal itu terdaftar sebagai Perintah Pertama dari ke Sepuluh Perintah Allah yang berbunyi, 

“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,…..” (Keluaran 20:3-5a) 

Kita akan temui ayat yang mirip dengan Perintah ini di dalam Alkitab, seperti pada Ulangan 6:13, yang berbunyi,
“Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah..” 

Di dalam Perjanjian Baru (PB), Yesus pernah mengutip ayat ini untuk mengusir setan ketika Ia dicobai di padang gurun dengan berkata,
“Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10)
Lebih dari itu, Yesus juga mengemukakan versi lain dari Perintah tersebut di atas sekalian dengan alasan yang mendasarinya, walaupun Ia secara khusus sedang berbicara tentang masalah yang bisa diakibatkan oleh uang atau harta terhadap pemiliknya. 

“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Matius 6:24)
Dua ayat terakhir memperlihatkan dengan jelas bahwa Yesus sungguh menyadari akan tuntutan serius dari Perintah ini sehingga Ia memulai penjelasan-Nya tentang Hukum Utama dan Terutama dengan sebuah kredo yang penting, yang dikenal sebagai “Shema” (dengarlah), yang berbunyi,
“Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Markus 12:29) 

Banyak orang menggunakan “Shema” ini untuk menolak konsep Trinitas Kudus dan menyebut sebagian orang Kristen sebagai penyembah berhala karenanya. Walaupun hal ini sangat menarik untuk didiskusikan, tetapi untuk saat ini sebaiknya kita ambil saja sarinya yang pada dasarnya mengatakan bahwa, “Hanya Allah sendiri yang layak dipuji atau disembah.” 

Dengan membawa “Shema” di dalam pikiran kita, mari kita lihat beberapa kenyataan di dalam PB yang akan menuntun kita untuk menyadari siapa Yesus sebenarnya, walaupun dari dalam kesedehanaan pribadi-Nya yang tidak terlukiskan, Yesus tidak pernah mengatakannya secara langsung.
Kenyataan pertama di dalam PB terjadi ketika Yesus masih sangat kecil. Para Majus dari timur mengikuti sebuah bintang – bintang Betlehem untuk melihat Raja yang baru lahir itu. Ketika mereka menemukan rumah tempat Yesus tinggal,
“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Matius 2:11)
Sementara Maria menyimpan semuanya di dalam hatinya, Yesus sendiri masih terlalu kecil untuk memberikan pendapat-Nya tentang sujudnya pada Majus untuk menyembah Dia. Demikianpun, kita bisa yakin bahwa menyembah Yesus tidak bertentangan dengan kehendak Allah, sebab ada tertulis,
“Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.”” (Ibrani 1:6) 

Saya tidak bisa pastikan apakah kebenaran ini diketahui benar oleh orang-orang Yahudi tetapi PB memperlihatkan apa yang dilakukan seorang Yahudi yang adalah pemimpin Synagogue ketika ia datang kepada Yesus.
“Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.”” (Matius 9:18)
Orang ini berlutut di depan Yesus dan menyembah Dia, dan tindakannya itu tidak sedikitpun ditolak oleh Pribadi yang sama, yang mengusir setan dengan menggunakan “Shema” dan mengingatkan orang-orang bahwa “Hanya Allah sendiri yang layak dipuji atau disembah.” Yesus ini juga tidak menyuruh Tomas untuk diam ketika di dalam kekagumannya ia berkata,
“Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28) 

Ada juga tercatat di dalam PB bahwa Yesus mengajar secara teratur di berbagai Synagogue dan akibatnya ditulis di dalam Lukas 4:15 yang berbunyi,
“Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.”
Ayat ini memperlihatkan bahwa orang-orang Yahudi berulang kali memuji Dia atau ‘memuliakan Dia,’ seperti yang ditulis di dalam Alkitab berbahasa Inggris – Young’s Literal Translation. Kita tidak akan menemukan satu atau sebagian ayat di mana Yesus menolak penyembahan kepada-Nya. Yesus menerima penyembahan!  

Jangnalah kita tertipu oleh interpretasi asal-asalan dari Markus 10:18 bahwa Yesus menolak disamakan dengan Allah. Ayat tersebut yang berbunyi,
“Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.””
bukan merupakan bukti bahwa Yesus menolak kesamaan-Nya dengan Allah, tetapi mengemukakan suatu fakta penting yang harus disadari ketika mengatakan-Nya ‘baik,’ yang berarti mendudukan Dia sama tinggi dengan Allah. Dengan kata lain, sepertinya Yesus mengatakan, “Sadarkah kamu apa yang kamu katakan?” Yesus tidak pernah mencoba mengatakan, “Kamu keliru jika meneyebut-Ku baik!”
Kita bisa menggunakan ayat berikut ini untuk membuktikan bahwa Yesus tidak pernah menolak penyembahan. Setelah memberi makan lebih dari 5000 orang, berjalan di atas air dan mengizinkan Petrus berjalan bersama-Nya,
“Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” (Matius 14:33) 

Sampai di sini, Yesus tidak pernah menolak pujian dan penyembahan secara langsung dari orang-orang di sekitar-Nya. PB juga memperlihatkan saat-saat di mana Yesus disembah dan diagungkan dengan tidak langsung, ataupun dianggap layak untuk menerima pujian. Contoh pertama yang akan kita lihat datang dari saudara-Nya sendiri, Yakobus, yang menulis,
“Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.” (Yakobus 1:1) 

Sudah dikatakan sejak awal bahwa hanya Allah yang pantas kita abdi dan sembah, dan kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan pada saat yang sama. Sekarang kita melihat kenyataan bahwa Yakobus mengabdi pada Allah dan pada Yesus pada saat yang sama. Yakobus tidak bersalah atau berdosa di dalam hal ini hanya jika kedua Tuan yang dia sembah pada hakekatnya adalah satu Pribadi saja. 

Yakobus tidak sendirian di dalam hal ini, sebab rasul Paulus juga melakukan hal yang sama dan malah lebih dari itu. Di dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus menulis,
“Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,“ (Galatia 1:1)
Paulus juga menempatkan Yesus sejajar dengan Allah. Lebih dari itu, dengan mengatakan bahwa dia tidak diutus oleh manusia tetapi oleh Yesus Kristus dan Allah, Paulus telah membuat pengakuan terbuka bahwa Jesus bukan sekedar manusia biasa. Karena Dia juga bukan seorang malaikat, maka Yesus adalah Allah di dalam daging. 

Sekarang mari kita lihat ucapan berkat atau benediction yang sering digunakan oleh para rasul untuk memulai atau mengakhiri surat mereka kepada jemaat-jemaat. Salah satu benediction yang ingin dikemukakan adalah sebagai berikut.
“Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” (Roma 1:7)
Kita semua tentu setuju bahwa sumber berkat dan damai-sejahtera satu-satunya adalah Allah. Sekarang, Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma – dan menunjukkan kepada kita bahwa Yesus juga adalah sumber berkat dan damai sejahtera. Benediction dengan bunyi serupa ditemukan juga di dalam 2 Tesalonika 1:2. Agar tidak terdapat dua sumber berkat dan damai sejahtera, maka kita harus menerima kenyataan bahwa Yesus dan Allah adalah Pribadi yang sama,.seperti yang dikatakan Yesus (Yohanes 10:30).
Yang luar biasa lagi, berbagai kenyataan di dalam PB menunjukkan bahwa Yesus didaulat sebagai sumber berkat, seperti yang terdapat di dalam Roma 16:20 yang berbunyi,
“…Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”
atau di dalam 1 Tesalonika 5:28 yang berbunyi,
“Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!”
Benediction yang sama terdapat juga di dalam Kisah Para Rasul 15:11, Filipi 4:23, Filemon 1:25, dan Wahyu 22:21. Benediction ini telah memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa Yesus adalah gambaran sempurna dari Allah (lihat 2 Korintus 4:4). 

Tidak ada dua sumber berkat! Tidak ada dua Allah berbeda yang harus disembah! Tidak ada dua Allah Yang Maha Kuasa sebagai Bapa dan Anak! Tidak ada dua Pencipta sebagai Tuhan dan Allah. Kita sedang memandang kepada satu Allah yang Benar dan Hidup, yang layak menerima pujian dan penyembahan kita, seperti yang dituntut oleh “Shema.” Malahan, saya ingin sekali menyalami Anda semua dengan benediction yang dituliskan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, yang berbunyi, 

“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13:13)
dan saya bersungguh-sungguh dalam hal ini.
Shalom,
Samuel Hendriks 


Sumber: http://samuelhendriks.wordpress.com