Ketika
kita ditanya, “Siapakah yang patut Anda sembah?” Maka kita akan dengan
spontan menjawab, “Allah!” Sebagian kita malah akan menambahkan, “hanya
Allah saja yang layak dipuji dan disembah.” Tidak ada seorang atau sesuatu yang
lain di samping Allah!” Pernyataan ini benar, sebab hal itu terdaftar
sebagai Perintah Pertama dari ke Sepuluh Perintah Allah yang berbunyi,
“Jangan
ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya,…..” (Keluaran
20:3-5a)
Kita akan
temui ayat yang mirip dengan Perintah ini di dalam Alkitab, seperti pada
Ulangan 6:13, yang berbunyi,
“Engkau
harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi
nama-Nya haruslah engkau bersumpah..”
Di dalam
Perjanjian Baru (PB), Yesus pernah mengutip ayat ini untuk mengusir setan
ketika Ia dicobai di padang gurun dengan berkata,
“Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius
4:10)
Lebih dari
itu, Yesus juga mengemukakan versi lain dari Perintah tersebut di atas sekalian
dengan alasan yang mendasarinya, walaupun Ia secara khusus sedang berbicara
tentang masalah yang bisa diakibatkan oleh uang atau harta terhadap pemiliknya.
“Tak
seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan
membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang
seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada Mamon. (Matius
6:24)
Dua ayat
terakhir memperlihatkan dengan jelas bahwa Yesus sungguh menyadari akan
tuntutan serius dari Perintah ini sehingga Ia memulai penjelasan-Nya tentang
Hukum Utama dan Terutama dengan sebuah kredo yang penting, yang dikenal sebagai
“Shema” (dengarlah), yang berbunyi,
“Hukum
yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu
esa.” (Markus 12:29)
Banyak
orang menggunakan “Shema” ini untuk menolak konsep Trinitas Kudus dan
menyebut sebagian orang Kristen sebagai penyembah berhala karenanya. Walaupun
hal ini sangat menarik untuk didiskusikan, tetapi untuk saat ini sebaiknya kita
ambil saja sarinya yang pada dasarnya mengatakan bahwa, “Hanya Allah sendiri
yang layak dipuji atau disembah.”
Dengan
membawa “Shema” di dalam pikiran kita, mari kita lihat beberapa
kenyataan di dalam PB yang akan menuntun kita untuk menyadari siapa Yesus
sebenarnya, walaupun dari dalam kesedehanaan pribadi-Nya yang tidak
terlukiskan, Yesus tidak pernah mengatakannya secara langsung.
Kenyataan
pertama di dalam PB terjadi ketika Yesus masih sangat kecil. Para Majus dari
timur mengikuti sebuah bintang – bintang Betlehem untuk melihat Raja yang baru
lahir itu. Ketika mereka menemukan rumah tempat Yesus tinggal,
“Maka
masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya,
lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan
mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Matius 2:11)
Sementara
Maria menyimpan semuanya di dalam hatinya, Yesus sendiri masih terlalu kecil
untuk memberikan pendapat-Nya tentang sujudnya pada Majus untuk menyembah Dia.
Demikianpun, kita bisa yakin bahwa menyembah Yesus tidak bertentangan dengan
kehendak Allah, sebab ada tertulis,
“Dan
ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: “Semua
malaikat Allah harus menyembah Dia.”” (Ibrani
1:6)
Saya tidak
bisa pastikan apakah kebenaran ini diketahui benar oleh orang-orang Yahudi
tetapi PB memperlihatkan apa yang dilakukan seorang Yahudi yang adalah pemimpin
Synagogue ketika ia datang kepada Yesus.
“Sementara
Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat,
lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi
datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.”” (Matius 9:18)
Orang ini
berlutut di depan Yesus dan menyembah Dia, dan tindakannya itu tidak sedikitpun
ditolak oleh Pribadi yang sama, yang mengusir setan dengan menggunakan “Shema”
dan mengingatkan orang-orang bahwa “Hanya Allah sendiri yang layak dipuji
atau disembah.” Yesus ini juga tidak menyuruh Tomas untuk diam ketika di dalam
kekagumannya ia berkata,
“Ya
Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes
20:28)
Ada juga
tercatat di dalam PB bahwa Yesus mengajar secara teratur di berbagai Synagogue
dan akibatnya ditulis di dalam Lukas 4:15 yang berbunyi,
“Sementara
itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.”
Ayat ini
memperlihatkan bahwa orang-orang Yahudi berulang kali memuji Dia atau ‘memuliakan
Dia,’ seperti yang ditulis di dalam Alkitab berbahasa Inggris – Young’s
Literal Translation. Kita tidak akan menemukan satu atau sebagian ayat di mana
Yesus menolak penyembahan kepada-Nya. Yesus menerima penyembahan!
Jangnalah
kita tertipu oleh interpretasi asal-asalan dari Markus 10:18 bahwa Yesus
menolak disamakan dengan Allah. Ayat tersebut yang berbunyi,
“Jawab
Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada
Allah saja.””
bukan
merupakan bukti bahwa Yesus menolak kesamaan-Nya dengan Allah, tetapi
mengemukakan suatu fakta penting yang harus disadari ketika mengatakan-Nya ‘baik,’
yang berarti mendudukan Dia sama tinggi dengan Allah. Dengan kata lain,
sepertinya Yesus mengatakan, “Sadarkah kamu apa yang kamu katakan?” Yesus
tidak pernah mencoba mengatakan, “Kamu keliru jika meneyebut-Ku baik!”
Kita bisa
menggunakan ayat berikut ini untuk membuktikan bahwa Yesus tidak pernah menolak
penyembahan. Setelah memberi makan lebih dari 5000 orang, berjalan di atas air
dan mengizinkan Petrus berjalan bersama-Nya,
“Dan
orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau
Anak Allah.” (Matius 14:33)
Sampai di
sini, Yesus tidak pernah menolak pujian dan penyembahan secara langsung dari
orang-orang di sekitar-Nya. PB juga memperlihatkan saat-saat di mana Yesus
disembah dan diagungkan dengan tidak langsung, ataupun dianggap layak untuk
menerima pujian. Contoh pertama yang akan kita lihat datang dari saudara-Nya
sendiri, Yakobus, yang menulis,
“Salam
dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di
perantauan.” (Yakobus 1:1)
Sudah
dikatakan sejak awal bahwa hanya Allah yang pantas kita abdi dan sembah, dan
kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan pada saat yang sama. Sekarang kita
melihat kenyataan bahwa Yakobus mengabdi pada Allah dan pada Yesus pada saat
yang sama. Yakobus tidak bersalah atau berdosa di dalam hal ini hanya jika
kedua Tuan yang dia sembah pada hakekatnya adalah satu Pribadi saja.
Yakobus
tidak sendirian di dalam hal ini, sebab rasul Paulus juga melakukan hal yang
sama dan malah lebih dari itu. Di dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus
menulis,
“Dari
Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia,
melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati,“ (Galatia
1:1)
Paulus
juga menempatkan Yesus sejajar dengan Allah. Lebih dari itu, dengan mengatakan
bahwa dia tidak diutus oleh manusia tetapi oleh Yesus Kristus dan Allah, Paulus
telah membuat pengakuan terbuka bahwa Jesus bukan sekedar manusia biasa. Karena
Dia juga bukan seorang malaikat, maka Yesus adalah Allah di dalam daging.
Sekarang
mari kita lihat ucapan berkat atau benediction yang sering
digunakan oleh para rasul untuk memulai atau mengakhiri surat mereka kepada
jemaat-jemaat. Salah satu benediction yang ingin dikemukakan adalah sebagai
berikut.
“Kepada
kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan
dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” (Roma 1:7)
Kita semua
tentu setuju bahwa sumber berkat dan damai-sejahtera satu-satunya adalah Allah.
Sekarang, Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma – dan menunjukkan kepada kita
bahwa Yesus juga adalah sumber berkat dan damai sejahtera. Benediction dengan
bunyi serupa ditemukan juga di dalam 2 Tesalonika 1:2. Agar tidak terdapat dua
sumber berkat dan damai sejahtera, maka kita harus menerima kenyataan bahwa
Yesus dan Allah adalah Pribadi yang sama,.seperti yang dikatakan Yesus (Yohanes
10:30).
Yang luar
biasa lagi, berbagai kenyataan di dalam PB menunjukkan bahwa Yesus didaulat
sebagai sumber berkat, seperti yang terdapat di dalam Roma 16:20 yang berbunyi,
“…Kasih
karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”
atau di
dalam 1 Tesalonika 5:28 yang berbunyi,
“Kasih
karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!”
Benediction
yang sama terdapat juga di dalam Kisah Para Rasul 15:11, Filipi 4:23, Filemon
1:25, dan Wahyu 22:21. Benediction ini telah memperlihatkan dengan sangat jelas
bahwa Yesus adalah gambaran sempurna dari Allah (lihat 2 Korintus 4:4).
Tidak ada
dua sumber berkat! Tidak ada dua Allah berbeda yang harus disembah! Tidak ada
dua Allah Yang Maha Kuasa sebagai Bapa dan Anak! Tidak ada dua Pencipta sebagai
Tuhan dan Allah. Kita sedang memandang kepada satu Allah yang Benar dan Hidup,
yang layak menerima pujian dan penyembahan kita, seperti yang dituntut oleh “Shema.”
Malahan, saya ingin sekali menyalami Anda semua dengan benediction yang
dituliskan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, yang berbunyi,
“Kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai
kamu sekalian.” (2 Korintus 13:13)
dan saya bersungguh-sungguh dalam hal ini.Shalom,
Samuel Hendriks
Sumber: http://samuelhendriks.wordpress.com