Siapakah
juruselamat Israel yang disebut Daud sebagai ‘penyelamatku’ atau ‘penolongku’
di dalam nyanyiannya? Penyelamat Israel adalah TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan
Yakub. Walaupun Allah membangkitkan Musa, Simson dan para hakim untuk
membebaskan orang Israel dari musuh dan penjajah mereka, para pahlawan ini
tidak pernah disebut sebagai juruselamat. Hanya Allah yang adalah Juruselamat
Yang Mahakuasa dan Ia sendiri yang menyatakannya bahwa,
“Tetapi
firman TUHAN kepada orang Israel: “Bukankah Aku yang telah menyelamatkan kamu
dari tangan orang Mesir, orang Amori, bani Amon, orang Filistin, orang Sidon,
suku Amalek dan suku Maon yang menindas kamu, ketika kamu berseru kepada-Ku?” (Hakim-Hakim 10:11-12)
Jika
membebaskan orang Israel dari perbudakan fisik memerlukan Allah untuk turun
tangan, maka betapa lebihnya yang dibutuhkan untuk memebaskan umat manusia dari
perbudakan dosa dan maut? Karya ini membutuhkan tokoh yang tidak kurang dari
Allah sendiri.
Di dalam
pemikiran yang sama, setelah dikunjungi malaikat Gabriel dan disambut secara luar
biasa oleh Elizabeth, Maria berkata,
“dan
hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,” (Lukas 1:47)
Di bawah
terang yang sama, Yudas, saudara lelaki Yesus, mengakhiri suratnya yang singkat
dengan berkata,
“Allah
yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah
kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan
sampai selama-lamanya. Amin,” (Yudas
1:25)
seperti
yang dituliskan rasul Paulus untuk Timotius, yang berbunyi,
“Dari
Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan
Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,” (1
Timotius 1:1)
dan,
“Itulah
yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,” (1 Timotius 2:3)
Ayat-ayat
ini mengatakan kepada kita bahwa dari masa Daud sampai masa Paulus, orang
Israel percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Juruselamat yang benar, seperti
yang telah menjadi kenyataan yang tak terbantahkan di dalam kehidupan
kerohanian mereka. Bagi mereka, belum pernah ada dan tidak akan pernah ada
Juruselamat yang lain di samping Allah. Tetapi, ketika kabar sukacita kelahiran
Yesus diberitakan kepada para gembala di padang, para malaikat berkata,
“Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:11)
Jika
‘Juruselamat’ yang telah lahir di Bethlehem pada malam itu adalah seorang
manusia – walaupun seorang manusia luar biasa, maka nyanyian dan puji-pujian
para malaikat terasa agak berlebihan. Iya kan? Juga tidak ada alasan kuat untuk
menaruh ‘Bintang Betlehem’ di langit malam untuk menuntun para Majus datang
menyembah dan mempersembahkan persembahan para raja kepada bayi laki-laki
tersebut. Jika Yesus hanyalah Mesias manusia, maka ia tidak terlalu berbeda
dengan Musa dan sekali lagi, semua nubuatan sepertinya terlalu banyak dan gelar
‘Penyelamat’ mungkin tidak cocok bagi-Nya. Tetapi Musa tidak pernah disebut
sebagai Anak Allah. Yesus adalah Anak Allah dan hal initidak diragukan lagi. Jadi,
apakah Anak Allah itu manusia biasa ataukah ‘Allah di dalam daging?’ Mereka
yang menolak ketuhanan Yesus dan menyatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa
– manusia Kristus, mendasari argument mereka pada apa yang mereka sebut “Pikiran
Yahudi” bahwa istilah ‘Anak Allah’ bisa saja digunakan oleh manusia
biasa dan tidak harus digunakan oleh Allah di dalam daging. Jika ini benar,
maka kita tidak akan temukan di dalam Perjanjian Baru (PB), ayat-ayat seperti,
“Jawab
orang-orang Yahudi itu kepadanya: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu
Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” (Yohanes 19:7)
yang
menunjukkan bahwa klaim Jesus sebagai Anak Allah menempatkan diri-Nya setara
dengan Allah – sebagai Allah. Oleh sebab itu, orang-orang Yahudi mencari jalan
untuk membunuh Dia. Mereka hendak memberlakukan aturan tua, yaitu hukuman mati
yang diberlakukan untuk pezina dan penghujat Allah, atas Yesus, dengan berkata,
“Jawab
orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau
melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau,
sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yohanes 10:33)
Jadi,
orang-orang Yahudi menganggap penggunaan istilah Anak Allah oleh Yesus sebagai ‘mengangkat
diri sebagai Allah’ – menghujat Allah – dan karena itu harus dihukum mati.
Di sisi
yang lain, jika Anak Allah adalah pribadi yang berbeda dari Allah Bapa, mengapa
Ia disebut juga ‘Penyelamat?’ Apakah kita akan menerima adanya dua Penyelamat
yang terpisah? Saya kira tidak! Arti nama ‘Yesus’ = ‘Allah menyelamatkan.’ Apakah
ini berarti Allah membangkitkan seorang Penyelamat untuk membebaskan semua
orang dari dosa dan kematian kekal, sama halnya dengan Musa membawa orang
Israel keluar dari Mesir? Jika demikian adanya maka Allah bisa saja mencari
nama lain untuk Mesias-Nya. Bukankah orang Yahudi sudah menulis di hati mereka
bahwa ‘Allah adalah satu-satunya Penyelamat?’ Jika Ishak mengorbankan
hidupnya untuk menyelamatkan Israel dari perbudakan, saya pikir orang tidak
akan meyebut Ishak sebagai “Abraham menyelamatkan.” Abraham mungkin bisa
secara tidak adil mengorbankan Ishak untuk memperoleh nama besar baginya
sendiri, tetapi Allah tidak akan pernah melakukan hal itu. Satu-satunya cara
untuk memperoleh hanya ‘Satu Penyelamat’ maka Yesus dan Bapa haruslah
satu seperti klaim Yesus di dalam Yohanes 10:30,
“Aku
dan Bapa adalah satu.”
Tetapi hal
ini, Bapa dan Anak adalah satu, sangat sukar dimengerti oleh sebagian orang.
Walaupun hal ini dapat diterima untuk menjamin adanya ‘hanya satu
Penyelamat,’konsep ini telah menjadi batu sandungan bagi banyak orang yang
mengandalkan apa yang mereka akui sebagai akal sehat. Kita dihadapkan pada
pertanyaan yang harus di jawab di dalam hati masing-masing, “Apakah iman itu untuk
dimengerti atau untuk dipercayai?” ‘Dapatkah kebangkitan Yesus masuk akal sehat
dan dijelaskan secara ilmiah sehingga menurut logika bisa dimengerti?”
Teori
relativitas dari Einstein mungkin terlalu tinggi bagi sebagian orang. Teori
Quantum-nya Max Planck bisa menjadi mata pelajaran yang terlalu sukar bagi yang
lain. Tetapi, tidak pernah ada satupun dari orang-orang ini yang menyatakan
bahwa kedua teori tersebut tidak benar. Tetapi jika hal itu menyangkut kesetaraan
Yesus dengan Allah, maka akan ada banyak sekali orang yang maju dengan berbagai
argumen untuk menolaknya, walaupun penolakan ini sepertinya merupakan hasil
dari minimnya pemahaman tentang sifat Roh, seperti yang dengan jelas dinyatakan
di dalam PB sebagai,
“Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu
baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani.” (1
Korintus 2:14)
Demikianpun,
rasul yang sama, Paulus, yang pernah menyatakan kepada Timotius bahwa Allah
adalah Penyelamat, sekarang menampilkan perpektif yang agak berbeda tentang hal
itu di dalam suratnya kepada Titus yang berbunyi,
“dan
yang pada waktu yang dikehendaki-Nya telah menyatakan firman-Nya dalam
pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah
Allah, Juruselamat kita. Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita
bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus,
Juruselamat kita, menyertai engkau.” (Titus
1:3-4)
di mana
Paulus menempatkan ‘Allah, Juruselamat kita’ dan ‘Kristus Yesus,
Juruselamat kita’ di dalam dua ayat yang berturutan. Tentu saja Paulus
tidak bermaksud untuk memperlihatkan kepada kita adanya dua Juruselamat yang
berbeda. Bagi saya, Paulus mengerti dan percaya bahwa harus ada hanya ‘satu
Juruselamat,’ seperti yang dinyatakan Yesus di dalam Yohanes 10:30.
Yang berikut dan kepada penerima yang sama, Paulus menulis,
Yang berikut dan kepada penerima yang sama, Paulus menulis,
“Tetapi
ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,
pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,” (Titus 3:4-6)
pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,” (Titus 3:4-6)
di mana ia
tidak saja menempatkan Bapa dan Anak sebagai satu Juruselamat yang sama, tetapi
ia juga menyertakan Roh Kudus ke dalam proses penyelamatan yaitu permandian
kelahiran kembali pembaharuan, yang mengarahkan kita kepada inti dari baptisan
pertobatan. Kita akan membicarakan perihal Roh Kudus secara terpisah dan
sekarang mari kita kembali focus kepada tema utama kita – Siapakah Juruselamat
itu?
Kita tahu
bahwa kedatangan Mesias atau Kristus sudah dinubuatkan sejak lama, mulai dari
Kejadian 3:15. Sementara sebagian dari nubuatan-nubuatan tersebut telah
menuntun sebagian besar orang Israel untuk menantikan pembebas atau pemulih
manusia seperti raja Daud, sebagian nubuatan mengandung pengertian bahwa Mesias
yang akan datang itu adalah Allah sendiri. Nubuatan yang cukup dikenal untuk
hal ini terdapat di dalam Yesaya 9:5-6, di mana Mesias akan disebut, “Penasihat
Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” dan “besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.” Seseorang
dengan hati jujur akan menemukan bahwa sebutan seperti ini tidak mungkin
disangkutkan kepada manusia biasa Mesias atau raja.
Nubuatan
sejenis dapat ditemukan juga pada Yesaya 35:4-6, yang berbunyi,
“Katakanlah
kepada orang-orang yang tawar hati: “Kuatkanlah hati, janganlah takut!
Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia
sendiri datang menyelamatkan kamu!” Pada waktu itu mata orang-orang buta akan
dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang
lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai,..”
Oleh
karena itu, Yesus menunjuk kepada kenyataan dari ayat-ayat ini ketika Yohanes
Pembaptis mengutus murid-muridnya untuk mendapatkan konfirmasi tentang ‘yang
akan datang itu itu, di dalam Matius 11:2-6. Telah dinubuatkan bahwa Allah
sendirilah yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Tentu saja Allah
tidak akan menampakkan diri-Nya seperti apa adanya karena tidak ada yang akan
sanggup berdiri di hadapan-Nya dan hidup. Ia tidak akan datang sebagai Roh
karena tidak ada yang akan dapat melihat-Nya. Allah Juruselamat mengambil rupa
tertentu sehingga Ia bisa dilihat dan dimengerti oleh seluruh manusia tanpa
membahayakan nyawa mereka. Ia mengambil rupa seorang manusia yang dikenal
sebagai Anak Allah, Yesus Kristus – Allah di dalam daging, dengan sifat-sifat
keilahian-Nya seperti ‘tidak berdosa,’ yang tidak mungkin dimiliki oleh
seorang manusia.
Hanya
inilah cara untuk memahami pesan yang disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria
tentang Anak Allah, bahwa,
“Roh
Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau;
sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35)
dan untuk
Yusuf, yang berbunyi,
“Yusuf,
anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius 1:20)
Hanya
inilah jalur di mana ‘Yesus’ berarti ‘Allah menyelamatkan.’ Hanya
inilah cara terbaik untuk bisa melihat bahwa hanya ada ‘satu Juruselamat’
– Allah Yang Mahakuasa, hanya dengan beginilah, pesan para malaikat di padang, “Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud,” menjadi
berarti. Satu hal baru yang ingin saya kemukakan di sini adalah bahwa menurut
ayat-ayat ini, “Anak Allah” sama dengan “dari Roh Kudus;” atau
dengan kata lain, “Anak Allah adalah juga Anak Roh Kudus.”
Di bawah
terang sorgawi, rasul Yohanes menulis di dalam 1 Yohanse 5:20, bahwa,
“Akan
tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan
pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam
Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan
hidup yang kekal.”
atau
menurut Alkitab The Message (1 John 5:20)
“Dan
kita tahu bahwa Anak Allah datang sehingga kita bisa mengenal dan memahami
kebenaran Allah – pemberian luar biasa – dan kita hidup di dalam Kebenaran itu
sendiri, di dalam Anak Allah, Yesus Kristus. Yesus inilah Allah yang Benar dan
Hidup Yang Nyata.”
Mari kita
hindari diri kita dari mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermakna
seperti, “Jika Yesus adalah Allah, lalu mengapa Ia berdoa?” Padahal,
kita bisa melihat doa Yesus ini dari aspek yang lebih penting seperti,
sementara Yesus juga berdoa, Ia tidak pernah menggunakan bagian,
“dan
ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bersalah kepada kami;” (Matius
6:12)
yang Ia
ajarkan kepada para murid-Nya. Dengan mengambil doa Yesus di dalam Yohanes 17,
sebagian orang akan mempertanyakan hal-hal seperti, “Jika Yesus adalah
Allah, bagaimana Allah bisa mengutus diri-Nya sendiri?” Mereka ini bertumpu
pada pengertian fisik tentang Allah dan mencoba mencocokkannya dengan kebenaran
Roh dari Yesus. Yang bisa kita lakukan adalah mendapatkan hal yang lebih
penting di dalam doa berikut ini.
“Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah
yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yohanes 17:3)
Jika saya
mengubah formulasi kalimat di atas ini, maka bagian doa Yesus ini akan menjadi,
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus,” di mana Yesus
menepatkan ‘mengenal diri-Nya’ sebagai salah satu persyaratan memperoleh
hidup kekal di samping mengenal Allah. Setiap orang yang sederhana akan
bisa melihat bahwa tidaklah penting berdebat tentang siapa yang mengutus dan
siapa yang diutus, tetapi lebih penting untuk menggali kebenaran bahwa Yesus
sama dengan Allah atau dengan kalimat yang lebih baik, “Yesus adalah Allah!”
Jika keilahian Yesus bisa dibantah dengan pertanyaan yang dangkal seperti,
“Jika Yesus adalah Allah, maka Allah berbicara dengan diri-Nya sendiri ketika
Ia mangatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan.” (Matius 3:17), maka kepada siapa Allah berbicara ketika Ia
mangatakan, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita,…” (Kejadian 1:26)?
Saya hanya bisa berharap dan berdoa bahwa Roh Kudus
akan menuntun setiap orang yang haus akan kebenaran untuk melihat kebenaran
tentang Yesus Kristus, sebagaimana Ia telah menuntun saya dan banyak orang lain
seperti saya untuk mengenal Yesus di dalam setiah hari kehidupan rohaniah kita
– hubungan kasih kita dengan Allah. Semakin kita menyembah Yesus, semakin kita
kenal Siapa Dia sebenarnya. Yesus dan Bapa adalah satu dalam Roh, seperti
yang dikatakan-Nya!
“Kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus
menyertai kamu sekalian.” (2
Korintus 13:14)
Shalom,
Samuel Hendriks
Samuel Hendriks
Sumber: http://penuai.wordpress.com