Yesus berkata: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh 14:1)
Pernahkah seorang malaikat memproklamirkan yang seperti ini?
Pernahkah seorang nabi mengeluarkan kalimat seperti ini? Pernahkah
seorang rasul memberikan pernyataan seperti ini?
Pernahkah seorang yang waras memberikan anjuran seperti ini?
Pernahkah seorang yang waras memberikan anjuran seperti ini?
Jika tidak pernah satupun dari mereka memberikan pernyataan seperti itu, menurut Anda, “Siapakah Yesus sebenarnya?”
Semoga Roh Kudus membuka hati dan pikiranmu
Yesus berkata: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika
tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke
situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke
situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun
berada..” (Yoh 14:2,3)
Adakah pernah seorang malaikat, nabi, rasul atau awam yang
memperlakukan surga dan bumi seperti ruang tamu dan dapur di rumah
miliknya dimana dia bisa bolak-balik seenaknya dan membawa kesitu
siapaun yang diingininya? Jika tidak pernah ada, menurut anda siapakah Yesus sebenarnya?
Apa pun pendapat anda tentang Yesus, Dia akan segera datang. Siapkah Anda?
————————————————————————————————————
Nubuatan yang disampaikan nabi Yesaya tentang kelahiran Yesus Kristus berbunyi:
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan
namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai.” (Yes 9:5)
Nabi Yesaya pasti sudah kehilangan akal sehat, jika gelar yang luar
biasa seperti ini dihubungkannya dengan kelahiran seorang manusia biasa
seperti anda dan saya, atau siapapun, entah dia itu seorang raja yang
agung atau penguasa dunia sekalipun.
Tetapi jika nabi Yesaya tidak gila dan pernyatan nubuatannya
ini menyenangkan hati Allah, maka menurut anda, siapakah yesus
sebenarnya?
————————————————————————————————————
Hari peringatan kematian Yesus Kristus sudah dekat. Seperti yang
dinubuatkan para nabi Perjanjian Lama, Yesus harus mati untuk membayar
dosa umat manusia (Yes 53) di kayu salib (Maz 22), dan rincian seperti
tulang-Nya tidak dipatahkan (Maz 30:21), dll. Kisah ini tentu sudah
melekat di dalam hati dan pikiran kita. Yang saya rindukan untuk kita
pikirkan saat ini adalah pertanyaan, “Apakah memang benar Yesus dibunuh –
direnggut nyawaNya – dengan cara disalibkan?”
Yesus berkata: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku
memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun
mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa
mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.“ (Yoh 10:17,18)
Nyawa Yesus tidak dirampas daripada-Nya, tetapi Yesuslah yang
menyerahkannya demi umat manusia. Jika seandainya manusia biasa seperti
kita dikatakan ‘memiliki hak atau kuasa untuk menyerahkan nyawa kita’,
apakah kita juga ‘memiliki kuasa untuk mengambil nyawa kita kembali’?
Jika jawabannya adalah ‘tidak’, maka menurut anda siapakah yesus
sebenarnya?
Jawaban kita menentukan di mana kita akan menikmati kekekalan nanti.
Jawaban kita menentukan di mana kita akan menikmati kekekalan nanti.
————————————————————————————————————
Kita baru saja merasakan kembali gerakan Roh Kebangkitan yang
menghangatkan jiwa kita di dalam suasana perayaan Paskah yang sungguh
membaharui kehidupan. Lalu saya berpikir, kita mungkin bisa merasakan
dan meramalkan akhir kehidupan kita, mungkin juga denga cara bagaimana
kita akan pergi. Tetapi, di sepanjang sejarah umat manusia, belum ada
seorangpun yang bisa ‘menentukan’ kematiannya – kapan dan bagaimana dia
akan mati – dan menentukan kapan dia akan bangkit dari kematian. Tetapi
jika Yesus melakukan itu semua dengan terperinci seperti ada tertulis:
.
“Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,” (Lukas 24:46)
.
“Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,” (Lukas 24:46)
“Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga
hari tiga malam. (Matius 12:40)
dan lain-lain, dan hal itu memang terjadi seperti yang diucapkan-Nya, menurut anda, siapakah sebenarnya Yesus – Anak Manusia itu?
————————————————————————————————————
Ketika orang-orang Yahudi keheranan bahwa Yesus telah melihat Abraham
dan menyatakannya dalam argumentasi bahwa umur Yesus belum juga lebih
dari 50 tahun, Yesus menjawab:
“Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yohanes 8:58)
“I tell you the truth,” Jesus answered, “before Abraham was born, I am!” (John 8:58 NIV)
“Jesus said unto them, Verily, verily, I say unto you, Before Abraham was, I am.” (John 8:58, KJV)
Saya sengaja menyertakan dua versi bahasa Inggris dari Yohanes 8:28
ini, sebab terjemahan bahasa Indonesia telah menghilangkan satu hal
penting dari ayat ini.
Di dalam ketiga versi dari Yohanes 8:58 ini, Yesus menyatakan bahwa
“Ia sudah ada sebelum Abraham ada.” Hal ini sendiri sudah mencengangkan
orang banyak yang belum menyadari siapa Dia yang berbicara saat itu.
Tetapi pernyataan ini saja rasanya belum cukup untuk membuat orang-orang
Yahudi berang dan hendal melempari Dia dengan batu. Alasan kemarahan
orang-orang Yahudi ini tidak nampak di dalam Yohanes 8:58 berbahasa
Indonesia.
Sekarang perhatikan kedua versi Inggris-nya. Yang sudah belajar sedikit bahasa Inggris pasti tahu bahwa, menurut kaidah bahasa Inggris yang bentul, Yesus seharusnya menjawab: “Before Abraham was, I was.” Tetapi Yesus menjawab: “Before Abraham was, I am!” Yesus menggunakan waktu sekarang (present tense) untuk diri-Nya. Kita mungkin berkata, yah..sudah…memang apa istimewanya?
Coba perhatikan percakapan Allah dengan Musa ketika Allah memperkenalkan diri-Nya:
“Kata Allah, “Aku adalah AKU ADA. Inilah yang harus kaukatakan kepada
bangsa Israel, Dia yang disebut AKU ADA, sudah mengutus saya kepada
kamu.” (Keluaran 3:14)
“God said to Moses, “I am who I am . [a] This is what you are to say
to the Israelites: ‘I AM has sent me to you.’” (Exodus 3:14, NIV)
“And God said unto Moses, I AM THAT I AM: and he said, Thus shalt
thou say unto the children of Israel, I AM hath sent me unto you.”
(Exodus 3:14, KJV)
Kesimpulan pertama, Alkitab berbahasa Indonesia seharusnya menulis
ucapan yesus di dalam Yohanes 8:58 ini sebagai, “Sebelum Abraham ada,
Aku ada.”
Yang kedua, Yesus bukan sekedar ingin menggunakan waktu sekarang
(present tense) tetapi Dia sedang menyatakan bahwa “Yesus berhak
menggunakan nama “I AM”
Jadi, menurut Anda, siapakah Yesus, Sang Anak Manusia sebenarnya?
Jadi, menurut Anda, siapakah Yesus, Sang Anak Manusia sebenarnya?
————————————————————————————————————
Sebelum naik ke Surga, Yesus mendekati murid-muridnya dan berkata:
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)
Ada tiga hal yang akan kita perhatikan. Yang pertama adalah
pernyataan Yesus bahwa segala kuasa di Surga dan di Bumi sudah diberikan
kepada-Nya. Pernahkah Allah memberikan kuasa sedemikian besar kepada
seorang nabi, atau kepada seorang rasul, atau kepada seorang malaikat?
Jadi hanya ada dua kemungkinan, Yesus berdusta, atau Yesus berkata
benar. Selain menyatakan Diri-Nya sebagai ‘kebenaran”, Yesus memang
diakui tidak pernah berdosa. Artinya, Yesus berkata benar. Tetapi, jika
benar segala kuasa di Sorga dan di Bumi sudah diberikan kepada Yesus,
kuasa ilahi yang hanya bisa dijalankan oleh kekuatan Allah, menurut Anda siapakah Yesus sebenarnya?
———————————————————————————————————–
Berikutnya, Yesus berjanji untuk menyertai ‘para saksi-Nya, pemberita
Injil-Nya, sampai pada akhir zaman.’ Apakah Abraham, sahabat Allah,
pernah memberikan janji ini seperti ini kepada anak-cucunya, Israel?
Apakah suami/isteri pernah saling memberikan janji seperti ini?
Pernahkah ayah/ibu memberikan janji seperti ini kepada anak-anak mereka?
Atau seorang malaikat yang tidak pernah mati, pernah memberikan jani
seperti ini kepada seseorang? Tentu saja, tidak! Manusia tidak akan
hidup di dunia selamanya, dan malaikat tidak punya kuasa untuk
memerintah dirinya sendiri dan lalu membuat kebijakan sendiri. Jika
Yesus bukan saja bisa menyertai manusia sampai akhir zaman, tetapi juga
memiliki kuasa untuk membuat kebijakan seperti itu dari diri-Nya
sendiri, menurut Anda, siapakah Yesus sebenarnya?
Dengan otoritas yang sama, Yesus berkata:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Matius 28:20)
Sekarang, Yesus bukan saja memberikan perintah untuk memberitakan
Injil, tetapi memberikan meterai yang menampakkan kesejajaran diri-Nya
dengan Bapa dan Roh Kudus. Jika semua orang yang percaya dimeteraikan
oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk menjadi ‘murid Yesus’, menurut Anda, siapakah Yesus sebenarnya?
————————————————————————————————————
Salah satu ucapan Yesus yang mencengangkan adalah ketika Ia berkata kepada para murid-Nya bahwa,
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Kita semua tahu dengan jelas bahwa hidup dan kebenaran adalah milik
pribadi Allah. Allah adalah sumber dan pemberi hidup dan Dia adalah
kebenaran mutlak. FirmanNya adalah hidup dan kebenaran. Sekarang, si
tukang kayu dari Galelia ini mengaku sebagai sumber dari milik pribadi
Allah, sama dengan ketika Dia mengaku bahwa Dia berhak mengampuni dosa.
Allah memilih para nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia
dan memakai mereka hanya sebagai alat di dalam karya penyelamatan-Nya.
Tetapi Yesus, mengakui dirinya sebagai satu-satunya juru kuasa Allah
bagi keselamatan manusia. Dia berdiri di antara manusia dan Allah dan
menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan di mana manusia bisa datang
kepada Allah.
Sementara itu kita ingat bahwa Allah pernah berfirman,
“Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi
nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau
yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”(Ulangan 18:20)
Jika Yesus mengucapkan apa yang tidak seharusnya diucapkan atau yang
tidak diperintahkan oleh Allah, Ia mengundang murka Allah untuk
ditimpakan kepada-Nya, yaitu hukuman mati selamanya. Tetapi apa
komentar Allah terhadap si tukang kayu dari Galelia ini?
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3: 17)
Tersentuh oleh ini kebenaran tentang Yesus, dengan berani Petrus berdiri dan berkata lantang,
“…bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret,…. Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab
di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:10,12)
Hukuman di dalam Ulangan 18:20 tidak menimpa Yesus bisa disebabkan
oleh dua hal, yaitu Dia bukan seorang nabi tetapi berkata bohong, atau
Dia memang seorang nabi, tetapi berkata benar. Tetapi, jika Yesus hanya
sekedar seorang nabi, maka kita tertumbuk pada sebuah masalah besar.
Seorang nabi bisa mengatakan kebenaran tetapi bukan kebenaran itu
sendiri atau bukan sumber kebenaran. Yesus harus lebih dari sekedar
seorang nabi.
Di sisi lain, jika anda berkata bahwa Allah tidak pernah menikah dan
punya seorang anak laki-laki, maka anda mutlak benar. Karena semua
orang percaya bahwa Allah tidak pernah berdusta, tetapi memanggil si
tukang kayu dari Galelia ini sebagai ‘Anak-Ku yang Kukasihi’, dan
percaya bahwa Allah adalah sumber hidup dan kebenaran, tetapi yang
berkenan mendengar Yesus mengklaim milik pribadi Allah sebagai
milik-Nya, menurut anda, siapakah Yesus sebenarnya?
————————————————————————————————————
“Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang
kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami,
hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku
tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya,
kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu
menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring
ia keluar dari padanya.” (Markus 1:23-26)
Peristiwa di Kapernaum ini sangat mencengangkan banyak orang, sebab
mereka menyaksikan bagaimana roh-roh jahat tunduk pada perintah Yesus.
Anda mungkin berpikir dan berkata: “Ah, itu biasa saja! Saya juga sudah
menyaksikan bahwa orang pintar juga mampu mengusir roh jahat.” Anda
benar! Orang tidak harus bergantung pada Yesus untuk mengusir roh-roh
jahat. Jika Anda mempunyai ‘peliharaan’ 100 roh jahat, maka ia akan
sanggup mengusir 90 roh jahat yang menguasai seseorang atau menempati
rumah atau lokasi tertentu, walaupun pada dasarnya, Anda bukan mengusir
tetapi memindahkan atau merelokasi roh-roh jahat tersebut. Anda sedang
bekerjasma dengan mereka, sebab:
“….kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? (Matius 12:26)
Begitupun, mari kita tidak berdebat tentang ‘mengusir atau
merelokasi’ roh-roh jahat, tetapi mari kita perhatikan ucapan roh-roh
jahat itu sendiri, sebab inilah pengakuan mereka terhadap kuasa yang ada
pada Yesus.
Roh jahat itu berteriak, “Engkau datang hendak membinasakan kami?” (lihat juga Lukas 4:34). Di bagian lain, roh jahat berteriak, “….jangan siksa aku!” (Markus 5:7 dan “Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.” (Luksa 8:28) Pertanyaannya jadi menarik sekarang. “Siapakah yang mampu menyiksa dan bahkan membinasakan roh-roh jahat, sementara malaikat sendiri tidak punya kuasa sebesar itu?” Kuasa
apakah yang ada pada Yesus sehingga roh-roh jahat itu begitu ketakutan
dan memelas minta dikasihani? Hanya ada satu kebenaran dalam hal ini,
bahwa hanya Allah sendiri yang sanggup membuat iblis gemetar!
Jika di dalam ketakutan mereka, roh-roh jahat itu berteriak dan menyebut Yesus sebagai, “Yang Kudus dari Allah” dan “Anak Allah Yang Mahatinggi”, bagaimana Anda akan menyebut Yesus? Menurut Anda, siapakah Yesus sebenarnya?
————————————————————————————————————
Ketika didesak oleh sekelompok orang tentang seorang wanita yang kedapatan berzina, Yesus menjawab: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7) Setelah semuanya pergi tanpa melempari wanita tersebut, Yesus berkata kepadanya, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11)
Kejadian ini menampakkan beberapa hal penting tentang Yesus. Jika
seseorang dari kita membuat aturan di atas, bagaimanakah bunyi kalimat
kita? Kita akan mengatakan, “Jika ada di antara kita yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Di sini, dengan menggunakan kata ‘kamu’,
Yesus menempatkan diri-Nya di luar ketentuan tersebut, sebab ia tidak
berdosa dan tidak ada yang mampu membantah kenyataan tersebut.
Ungkapan, “Akupun tidak menghukum engkau” di sini berhubungan dengan masalah ‘ingin’ atau ‘akan’
dan bukan ‘bisa’. Jika pada saat itu ada beberapa orang tidak
berdosa, maka mereka akan mendapatkan hak untuk mengeksekusi hukuman
yang sesuai dengan hukum Musa. Mereka adalah sekedar pengeksekusi dan
bukan hakim. Jika Yesus menhatakan, “Aku juga tidak akan melempar engkau,” maka Ia tidak lebih dari pengeksekusi hukum Musa juga. Tetapi dengan mengatakan, “Akupun tidak menghukum engkau,”
Yesus telah menempatkan diri-Nya paling tidak sejajar dengan hukum
Musa. Tetapi, ucapan berikutnya menempatkan Yesus di atas hukum Musa.
Dengan mengatakan, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” Yesus
membatalkan tuntutan hukum Musa atas perempuan tersebut dan sepertinya
menjalankan kuasa-Nya untuk melampaui hukum Musa dengan memberikan
pengampunan kepadanya dan memerintahkan dia untuk tidak berbuat dosa
lagi.
Apakah kejadian ini tidak mengingatkan kita keada salah satu ucapan Yesus yang terkenal, “…di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”
(Matius 9:6)? Banyak nabi tercatat telah mengumumkan hukuman dan
pengampunan kepada orang-orang berdosa, tetapi hal ini mereka lakukan
menurut perintah Allah. Tidak pernah ada satu nabipun yang berkata-kata
dari dirinya sendiri. Mereka dipilih dan diutus Allah sebagai
utusan-Nya, perwakilan-Nya, tetapi mereka tidak pernah diberikan hak
untuk mengampuni dosa sekehendak mereka.
Di dalam banyak peristiwa, Yesus menyebut diri-Nya sebagai “Dia yang telah diutus Allah.”
(lihat Yohanes 6:29). Walaupun istilah ini menepatkan Yesus sejajar
dengan para nabi, kita sering temukan situasi tertentu di mana Yesus
terlihat lebih dari sekedar seorang utusan Allah atau seorang nabi. Ia
membatalkan hukuman berdasarkan hukum Musa dan memberikan pengampunan
kepada wanita yang tertangkap sedang berzina, tanpa meminta persetujuan
atau izin Allah. Sementara Yesus dikenal sebagai seorang yang tidak
sukan ditonjolkan, rendah hati, dan jujur, Ia sering bertindak seperti
Dia-lah Allah sendiri. Iya kan? Sekarang, jika kita bawa paradox ini
ke dalam renungan kita lebih jauh, kita akan manemukan dasar kebenaran
dari ucapan Yesus, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30)
Pada akhirnya, jika Yesus yang luar biasa ini berdiri kokoh di hadapan orang banyak dan berkata,
“Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan
mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia,
kamu akan mati dalam dosamu.” (Yohanes 8:24),
maka Menurut Anda, siapakah Yesus sebenarnya?
Sumber: http://penuai.wordpress.com